Saya pernah tersentuh saat dia memberikan uang Rp 10.000 pada pengamen cilik di metromini,walaupun waktu itu saya pura-pura tidak melihat.
Saya pernah malu-malu waktu minta izin untuk menelepon dia. cuma karena kangen.
Saya pernah menertawakan Saipul Jamil bersama dia dan berbagi hal-hal konyol lainnya.
Saya pernah bener-bener ngakak waktu karaokean sama dia dan teman yang lain.
Saya pernah menangis di bis sehabis bertemu dia waktu itu, cuma karena saya merasa dia berubah. Karena dia melihat saya dengan raut muka bosan, tidak ceria seperti dulu (entah mungkin saya terlalu sensitif).
Saya nangis saat itu sampe nggak sadar ternyata saya salah naik bis T.T
Saya juga pernah berusaha berpaling, pada kesibukan kerja, pada orang lain...
pernah berpikir untuk benar-benar melupakan perasaan saya untuk dia...
sampai akhirnya rasa sayang saya tumbuh kembali, malah makin kuat.
Dan sekarang, jujur, saya merasa kehilangan.
Dia memang tidak pergi, dan dia masih bersikap baik...
hanya saja, saya merasa semuanya berubah.
Saya jadi sering ribut dengan dia...
Pernah dia langsung offline saat saya online...
dan waktu itu saya merasa seperti virus yang wajib dia hindari.
Saya merasa dia menjauh...dan kami bukan ulat dalam satu kepompong lagi.
Saya pemerhati impian-impiannya...tempat dia bercerita...
Saya ikut bahagia waktu tahu dia di-promote di kantor,
dan saya berharap dia akan sukses dengan bisnis impiannya.
Saya kangen dia yang dulu tiba-tiba cerita tentang rebutan oreo.
Entah bagaimana dia selalu membuat saya tersenyum saat saya letih bekerja.
Saya kangen dia yang dulu tiba-tiba sms di saat saya lagi meeting.
Isinya cuma: "gw bingung lagi mau resign atau enggak *jambak rambut*"
tapi hal itu membuat saya merasa dibutuhkan...dahulu...
entah bagaimana dia menganggap saya sekarang.
mungkin saya sudah berubah jadi menyebalkan, cengeng, terlalu sensitif,
dan lama-lama dia bosan.
Saya kangen dia yang bilang "gw lagi pake jaket dari lo"...
atau "it's cold here. should've brought that jacket"...
Saya pernah menghapus semua inbox dari dia.
Dan kemudian saya bertubi-tubi bilang saya mencintainya.
Dia sahabat saya. Setidaknya saya menganggap dia seperti itu.
Bahkan saat dia begitu menyebalkan, saya nggak pernah sanggup bertahan marah.
Jika persahabatan diibaratkan dengan kepompong,
saya rasa dia sekarang keluar dari kepompong itu,
dia ingin terbang sebagai kupu-kupu...
dia melangkah ke fase kehidupannya yang baru...
dan saya...saya tidak diajak serta..
karena saya masih berupa ulat...
dan saya harus berusaha sendiri untuk keluar dari kepompong ini.
Tapi saya percaya, sahabat sejati pasti suatu saat akan ingat lagi pada kepompongnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar